Minggu, 30 April 2017

Askep Dengan Typoid

Share it Please


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Salah satu penyakit yang mengganggu perjalanan tumbuh kembang anak adalah demam tifoid yang sudah ketahui sejak ribuan tahun dan sampai sekarang masih sering menyerang anak pada usia balita dan anak sekolah. Angka kejadian atau incidence rate maupun cara penularan serta dampak pada anak yang menderita demam tifoid di negara berkembang sangat berbeda dan bervariasi dibandingkan dengan yang terjadi di negara yang maju atau negara industri.
Di negara yang sudah maju angka kejadiannya sudah sangat berkurang, seperti halnya di Amerika Seriat yang hanya menunjukkan angka kejadian 0,2 per 100.000 sedangkan di negara berkembang seperti halnya di Indonesia masih bisa mencapai 500/100.000 penduduk dengan angka kematian tinggi.
Data yang akurat sulit didapatkan secara nasional. Data di rumah sakit hanyalah sedikit sekali dan data di masyarakat pada umumnya.
Dengan data yang akurat tentang suatu penyakit juga dapat di pakai untuk menyusun rencana program kesehatan disuatu daerah. Sebagai perawat atau tenaga kesehatan kita harus mengetahui, mempelajari dan memahami tentang typoid pada anak. Maka dari itu fokus makalah ini tentang asuhan keperawatan anak dengan typhoid.













1.2  Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Typhoid?
2.      Bagaimana konsep dasar Thyphoid?
3.      Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan typoid?

1.3  Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini diharapkan kita semua mampu mempahami mengenai “Asuhan Keperawatan Anak dengan Typhoid”.
2.      Tujuan khusus
Setelah membaca makalah ini mengenai “Asuhan Keperawatan Anak dengan Typhoid”, mampu:
a.       Mampu mempahami Typhoid
b.      Mampu mempahami konsep dasar Typoid
c.       Mampu mempahami asuhan keperawatan anak dengan typhoid












BAB II
PEMBAHASAN

I.                   Konsep dasar
2.1  Definisi
Demam tifoid atau typoid fever ialah suatu sindrom sistemik terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam typoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh s. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S. Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam typoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam entrik yang lain. Typoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran

2.2  Etiologi
Etiologi dari demam typoid adalah salmonella typhi, termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam famili enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram negatif, tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari atau minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4o c dalam satu jam atau 60o C dalam 15 menit. Salmonella memiliki antigen O (somatik) adaah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti gen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. Typhi juga pada S. Dublin dan S. Hirshfeldii terhadap antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.
Penyebabnya adalah salmonella enterica yang dapat hidup dilingkungan yang kering tetapi peka terhadap klorinisasi dan pasteurisasi. Salmonella typhi adalah kuman penyebab penyakit tifoid. Salmonella paratyphi adalah penyebab penyakit demam paratifoid. Sedangkan yang dinamakan salmonella schotmulleri dahulu disebutkan sebagai penyebab demam paratifoid B dan salmonella hirschfeldi dahulu disebutkan sebagai penyebab demam paratifoid C.
Salmonella typhosa basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getra dan tidak berspora masa inkubasi 10-20 hari. Manusia adalah sebagai sumber penularan utama. Cara penulran pada umumnya adalah melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Selain fekal- oral, infeksi juga bisa terjadi secra transplasenta atau terjadi pada saat persalinan yaitu secara fekal oral dari ibu sebagi penular.

2.3  Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringna limfoid dan berkembnag biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteal, hati, limpa dan organ lainnya.
Poses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung kemih.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus dapat menyebabkan perdaarahan, bahkan sampai proforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.
Untuk dapat menimbulkan infeksi diperlukan inokulum sebanyak 105-109 kuman s. Typhi. Keasaman lamnung merupakan faktor penentu dari suseptibilitas terhadap salmonela. Kuman melekat pada jonjot ileum lalu menembus epitel usus dan nampaknya melewati plak peyer. Kuman diangkut ke kelenjar getah bening usus dan di situ memperbanyak di dalam sel monokleus, kemudian sel monosit mengandung kuman melalui saluran kelenjar limfe mesentrik, dan selanjutnya duktus limfatik kuman mencapai aliran darah dan terjadilah bakterimia pertama yang berlangsung singkat. Kuman mengikuti peredaran darah dan mencapai jaringan retikuloendotelial di berbagai organ yaitu hati,kandung empedu, limpa, sumsum tulang, ginjal, paru, susunan saraf dan lain-lain. Di dinding kandung empedu kuman berkembang dalam jumlah yang sangat banyak, kemudian bersama empedu disalurkan ke usus.
 Invasi plak peyer terjadi karena adanya gen yang mirip dengan gen shigella dan e. Coli, tetapi jumlah dari gendari gen S. Typhi lebih banyak dari gen sigela. Anti gen Vi pada permukaan kapsul dari s. Typhi berpengaruh pada proses fagositosis dengan cara mencegah pengikat C3 paada permukaan bakteri. Kemampuan hidup dari bakteri dalam makrofag adalah disebabkan karena sifat ganas (virulence trait) yang disebut phoP regulon. Endotoksin yang beredar adalah komponen lipopolisakarida dari dinding bakteri diperkirakan sebagai penyebab panas dan gejala toksik dari demam enterik. Endotoksin yang diproduksi karena pengaruh sitokin oleh makrofag adalah juga sebagai penyebab timbulnya gejala sistemik. Sebagai penyebab diare yang terjadi adalah toksin yang ada hubungannya dengan toksin kolera dan toksin yang labil terhadap panas dari E.coli.
Imunitas yang bersifat seluler (cell mediated immunity) adalah penting sebagai perlindungan terhadap demam tifoid. Penularan memperhatikan adanya gangguan aktifitas seluler terhadap antigen s. Typhi. Pada penular , s. Typhi dalam jumlah yang besar melewati usus dan diekresikan dalam tinja tanpa masuk ke epitel usus.
Salmonella Typhosa
                                                      
Saluran pencernaan
 
Diserap oleh usus halus
Bakteri memasuki aliran darah sistematik
Kelenjar limfoid usus halus
Tukak
Perdarahan dan perforasi
Hati
Hepatomeagali
Nyeri perabaan
Limpa
Splenomegali
Endotoksin
Demam
 











2.4  Tanda dan Gejala
Masa inkubasi biasanya 7-14 hari tetapi bisa pula 3-30 hari tergantung pada besarnya inokulum s.typhi manifestasi klinis tergantung  pada umur yang dibedakan yaitu pada usia sekolah sampai adolesen, bayi sampai umur 5 tahun dan pada neonatus.
a.       Anak usia sekolah dan adolesen
Awalnya penyakit adalah samar. Mula-mula gejalanya ialah demam, lesu, sakit kepala dan sakit perut berlangsung  2-3 hari. Mula-mula bisa terjadi diare dengan tinja seperti sup kacang, tetapi belakangan konstipasi lebih menonjol. Mual dan muntah bila timbul pada minggu ke 2 atau ke 3 merupakan tanda adanya komplikasi. Mungkin dijumpai gejala mimisan dan batuk, dan latergi berat. Suhu badan naik secara remiten dan makin meningkat dalam 1 minggu, kemudian menetap pada suhu 40o C. Dalam minggu ke 2 suhu bertahan tinggi dan gejala yang ada nampak makin berat. Anak nampak sakit akut dengan disorienatsi, latargi, delirium dan stupor. Tanda fisis yang biasa ditemukan adalah bradikardia relatif, hapatosplenomegali, dan distensi abdomen disertai rasa nyeri yang difus. Pada 50% kasus dijumpai bercak-bercak kemerahan rose spots yaitu ruam berupa makula atua makulopapel berwarna kemerahan yang hilang bila dikekan  sebanyak 10-15 buah sebesar 1-5 mm menggrombol di dada bagian bawah dan atau perut bagian atas. Ruma tersebut timbul pada hari ke 7-10 dan hanya berlangsung selama 2-3 hari lalu warnanya berubah menjadi kecoklatan sebelum hilang sama sekali. Biakan dari lesi bisa ditemukan salmonela pada 60% kasus. Myngkin terdapat ronhi basah dan ronhi kering pada auskultasi paru. Bila tidak ada komplikasi maka gejala-gejala akan reda dalam 2-4 minggu, kecuali lesu dan latergi dpaat bertahan sampai 1-2 bulan.

b.      Bayi dan anak umur < 5 tahun
Pada usia ini biasanya penyakit berlangsung ringan dengan demam ringan dan lesu,sehingga diagnosis sulit ditetapkan. Pada pemeriksaan biakan ditemukan adanya S. Typhi. Gejala diare lebih sering ditemukan sehingga diagnosisnya mengarah ke gastroenteritis.pada sebagian anak gejalanya bisa mengarah ke infeksi saluran nafas bawah.




c.       Bayi baru lahir
Infeksi pada ibu hamil dapat mengakibatkan abortus atau lahir prematur. Gejala timbul pada hari ke 3, bisa sampai 40.5o c,dan bisa disertai kejang. Gejala lainnya adalah hepatomegali, ikterus,anoreksia,dan berat badan sangat menurun.

d.      Relapsus
dapat terjadi pada 4-8% kasus demam tifod yang tidak diberi pengobatan.pada kasus yang mendapat pengobatan relapus dapat timbul pada hari ke 12 setelah penghentian antibiotik. Gejala dari relapus biasanya lebih ringan dan berlangsung lebih pendek. Relapus dapat terjadi beberapa kali.

e.       Penular kronik
Adalah keadaan di mana terjadi ekskresi S. Typhi selama3 bulan atau lebih setelah mengalami infeksi dan biasanya akan berlanjut sampai 1 tahun, hal ini bisa terjadi pada 1-5% kasus.

f.       Gejala umum
-          Nyeri kepala, lemah, lesu
-          Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu, minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun kembali normal.
-          Gangguan pada saluran cerna ; halitosis, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), meteorismus, mual, tidak napsu makan, hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri pada perabaan.
-          Gagguan kesadaran ; penurunan kesadaran (apatis, smnolen)
-          Bintik-bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit
-          Epistaksis




2.5  Pemeriksaan Diagnostik
a.        Pemeriksaan darah tepi : leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia
b.      Pemeriksaan sumsum tulang : menunjukkan  gambaran hiperaktif sumsum tulang
c.       Biakan empedu: terdapat basil salmonella typhosa pada urine dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh
d.      Pemeriksaan widal : didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan immunisasi atau bila penderita telah lama sembuh

2.6   Komplikasi
Komplikasi dari demam tifoid dapat digolongkan dalam intra dan ekstraintestinal. 1) Komplikasi intestinal, di antaranya ialah:
a.       Perdarahan dapat terjadi pada 1-100% kasus terjadi setelah minggu ke 1 dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan naiknya denyut nadi
b.      Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% kasus setelah minggu pertama didahului oleh perdarahan berukuran sampai beberapa cm, dibagian distal ileum, ditandia oleh nyeri abdomen yang kuat, muntah dan gejala peritonitisKomplikasi
2) komplikasi ekstraintestinal :
a. sepsis dengan ditemukan ditemukan adanya kuman usus yang besifat aerobik dan anaerobik
b. hepatotis dan kholesistitis ditandai dengan gangguan uji fungsi hati pada pemeriksaan amilase serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi pankreatitis
c. pneumonia atau bronkitis sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10% umumnya disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh salmonela
d. miokarditis toksik ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial dan perubahan segmen ST dan gelombang T pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan nefrosis.
e. trombosis dan flebitis jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala residusial yaitu termasuk tekanan intrakranial meningkat, trombosis serebrum, ataksia serebrum akut, chorea, tunawicara, tuna rungu, mielitis tranversal dan psikosis
komplikasi lain adalah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomielitis dan artritis.

II.                Konsep asuhan keperawatan
2.7  Pengkajian
a.       Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, usia, anak ke dari berapa saudara, alamat, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b.      Identitas keluarga atau penanggung jawab
Meliputi nama ayah atau ibu, usia ayah atau ibu, pendiddikan ayah atau ibu, pekerjaan ayah atau ibu, agama ayah atau ibu, suku bangsa ayah atau ibu
c.       Keluhan utama
Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan, pusing demam, nyeri tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi). Badan panas sudah satu minggu atau lebih, panas makin hari makin tinggi, terutama pada sore atau malam hari, bisa disertai mengigau adan kejang. Anak bisa juga mengeluh sakit perut disertai diare, muntah dan pada anak < dari 5 tahun biasanya terdapat konstipasi. Mengeluh sakit kepala, tidak mau makan, dan badan lemas. Hingga mengeluh BAB hitam atau ada darah.
d.      Riwayat kesehatan
1.      Riwayat kesehatan saat ini
Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri pada epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala atau pusing, letih atau lesu.
Meliputi lokasi, kualitas, kuantitas atau keparahan, waktu (awitan, durasi dan frekuensi), situasi ketika masalah terjadi, faktor yang memperburuk atau mengurangi gejala typoid.
2.      Riwayat kesehatan masa lalu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada hubungannya dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji tentang obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh klien, dan juga kaji mengenai riwayat alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-obatan atau makanan. apakah punya riwayat hepatitis, asma, HIV AIDS dll, waktu hospitalisasi, pembedahan, alergi. Riwayat reproduksi meluputi :
-          Prenatal : usia ibu saat hamil, usia gestasi, GPA, frekuensi ANC, keluhan saat hamil, jamu atau obat yang digunakan, kebiasaan saat hami
-          Intra natal : jenis persalinan, indikasi tindakan partus, tempat persalinan, penolong pesalianan, penyulit persalinan ada atau tidak
-          Post natal : APGAR score, PB dan BB, LK dan LD, mekonium dalam 24 jam, lama pemberian ASI ekslusif, usia PMT, masalah bayi
3.      Riwayat keluarga
Keluarga memiliki sakit yang sama, penyakit yang diturunkan, jenis penyakit, genogram.
4.      Konservasi energi (nutrisi)
Makan: jenis makanan, frekuensi makan, porsi makan, makanan yang disukai atau tidak disukai, alergi makanan
Minum : jenis minuman, jumlah asupan minum, minum yang tidak disukai atau disukai
BB/TB, LILA,
Kulit : warna dan tekstur
Mulut dan faring : mukosa bibir, warna, karies gigi, pergerakan lidah, tes pengecapan, refleks menelan atau menghisap, refleks gag
Rambut : warna, distribusi, tekstur, kebersihan kulit kepala
5.      Eliminasi
BAK: frekuensi, warna, jumlah, keluhan saat BAK, penggunaan alat bantu
BAB : frekuensi, warna, konsistensi, keluhan saat BAB, penggunaan obat-obatan
Genetalia
6.      Istirahat dan tidur
7.      Aktifitas bermain, olah raga dan rekreasi
8.      Kebersihan diri
9.      Konfensi integritas struktural
-          Pertahanan tubuh : imunisasi
-          Struktur fisik : penampilan umum, tingkat kesadara, postur tubuh, pengukuran antrometri, tanda-tanda vital
10.  Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
b.      Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, persafasan dan tekanan darah klien
c.        Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
d.         Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
e.        Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
f.         Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
g.      Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
h.      Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis
i.          Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
j.        Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
k.       Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin,. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora.
l.        Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
m.    Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.
11.  Konservasi integritas personal
12.  Konservasi integritas sosial
13.  Pemeriksaan diagnostik
14.  Terapi yang diperoleh

2.8   Diagnosa Keperawatan
1.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2.      Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh
3.      ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual dan kembung
4.      Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
5.      Hilangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total

2.9  Rencana keperawatan
No
Dx. Kep
Tujuan
Intervensi
1  
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….x 24 jam klien dapat menunjukkan hipertermi dengan kriteria hasil :

Termoregulation :
-          Suhu tubuh demam rentang normal
-          Nadi dan RR dalamrentang normal
-          Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Fever treatmen :
-          Monitor suhu sesering mungkin
-          Monitor IWL
-          Monitor warna kulit dan suhu tubuh
-          Monitor tekanan darah, nadi dan RR
-          Selimuti pasien
-          Lakuakn tepid sponge
-          Kolaborsi pemberian obat
2
Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam klien menunjukkan risiko kurangnya volume cairan dengan kriteria :
-          mempertahankan urine output sesuaidengan usia dan bb, bj urine normal, HT normal
-          tekanan darah, nadi suhu tubuh, dalam batas normal
-          tidka ada tanda-tanda dehidrasi
-          elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Fluid management:
-          timbang popok atau pembalut jika diperlukan
-          pertahankan cairan intake dan output yang akurat
-          monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
-          monitor vital sign
-          monitor masukan makanan atau cairan hitung intake cairan
-          kolaborasikan pemberian caira IV
3
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual dan kembung

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam klien menunjukkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil :
Nutrition status : nutrient intake
-          mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-          tidak ada tanda malnutrisi
-          menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
-          tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Nutrition monitoring
-          monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
-          monitor kulit dan perubahan pigmentasi
-          monitor mual dan muntah
-          monitor pertumbuhan dan perkembangan
-          monitor pucat, kmerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva
-          monitor kalori dan intake nitrisi

2.10        Implementasi
No.
Diagnosa keperawatan
Implementasi
1
Hipertermi


Mempertahankan suhu dalam batas normal
-          Kaji pengetahuan klien dan keluraga tentang hipertermi
-          Observasi susu, nadi, tekanan drah, pernafasan
-          Beri minum yang cukup
-          Berikan kompres biasa
-          Lakukan tepid sponge (seka)
-          Berikan kompres air biasa
-          Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat
-          Pemberian antipireksia
-          Pemberian cairan parentral (IV) yang adekuat
2
Risiko kurangnya volume cairan
mencegah kurangnya volume cairan :
-          mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap empat jam
-          monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun ubun sekung, produksi urine menurun, membran mukosa elastis, bibir pecah-pecah
-          mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
-          memonitor pemberian caira melalui intravena tiap jam
-          mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge
-          memberikan antibiotik sesuai program

3
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan :
-          memenuhi nutrisi anak
-          izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera anak meningkat
-          beriakn makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
-          menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
-          menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
-          mempertahankan kebersihan mulut anak
-          menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
-          kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak


2.11        Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk anak dengan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.






BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
a.       Demam typhoid adalah penyakit endemik di daerah yang sanitasinya buruk .
b.      Demam tifoid atau typoid fever ialah suatu sindrom sistemik terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam typoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh s. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S. Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam typoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam entrik yang lain. Typoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran
c.       Komplikasi yang timbul dapat membahayakan anak, yaitu perdarahan dan perforasi dengan gejala suhu badan yang meningkat dan nyeri perut yang khusus
d.      Pemeriksaannya dengan tes widal

3.2  Saran
Saran yang paling tepat untuk asuhan keperawatan anak dengan typhoid adalah kita sebagai tenaga medis harus membaca dan memahami materi tersebut, agar menambah ilmu pengetahuan yang kita miliki khususnya dalam bidang tersebut.










DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA, NIC dan NOC. Jogjakarta: Mediaction Publishing
Ranuh, Gde. 2013. Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta: Sagung Setio
Rudolph, Abraham. 2014. Buju Ajar Pediatri. Jakarta: EGC
Suriadi. 2006. Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya
Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta: Sagung Setio

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Disqus Shortname

Blogroll

About